Notification

×

Terulang Lagi! Program Makan Bergizi Gratis Tewaskan Kecerdasan, Lahirkan Korban Keracunan

Kamis, 02 Oktober 2025 | Oktober 02, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-01T17:59:40Z
UNGKAPINVESTIGASI.COM, PANGANDARAN, 1 Oktober 2025 – Ironi kembali menampar wajah dunia pendidikan. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang sebagai pilar peningkatan kecerdasan bangsa, justru mencatatkan lembaran hitam baru. Delapan siswa Sekolah Dasar di Dusun Luwi Liang, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Pangandaran, terkapar akibat diduga keracunan makanan yang disalurkan melalui program andalan Presiden Prabowo Subianto itu.

Korban terdiri dari enam siswa laki-laki dan dua siswi perempuan. Mereka mendadak mengalami gejala mual, pusing, dan muntah setelah menyantap hidangan MBG. Tanpa menunggu lama, seluruh korban langsung dilarikan ke Puskesmas Cigugur untuk mendapat penanganan darurat. Kepala Puskesmas Cigugur, Suharna, membenarkan kasus tersebut dan memastikan delapan siswa menjalani perawatan intensif akibat gejala keracunan massal.

Peristiwa ini bukan yang pertama. Kasus serupa sebelumnya juga menghantam daerah lain seperti Bandung Barat, Garut, hingga berbagai wilayah lain. Fakta ini semakin menguatkan dugaan bahwa rantai distribusi dan pengawasan MBG bobrok dan rapuh. Mulai dari kualitas beras, rempah-rempah, hingga dapur pengolahan yang dikelola tanpa standar higienitas ketat, seolah lepas dari pantauan Dinas Kesehatan. Kecerobohan ini justru melahirkan deretan korban anak bangsa yang seharusnya disiapkan menjadi generasi cerdas.

Alih-alih menambah gizi dan kecerdasan, program MBG kini menjelma momok yang menakutkan bagi orang tua. Mereka menuntut pemerintah untuk tidak asal jalan, tapi benar-benar melakukan evaluasi menyeluruh, memperketat pengawasan koki, distribusi bahan baku, hingga tanggung jawab Dinas Kesehatan yang selama ini dinilai lemah dan setengah hati.

Masyarakat jelas tidak butuh program pencitraan yang penuh cacat. Mereka menagih jaminan keselamatan dan kualitas. Anak-anak datang ke sekolah untuk menuntut ilmu, bukan menanggung resiko keracunan massal akibat program yang justru meleset dari tujuan mulianya. Jika pengawasan kembali longgar, bukan mustahil program ini hanya akan meninggalkan jejak pahit: korban demi korban, sementara kecerdasan anak bangsa terus tergerus.


MS
×
Berita Terbaru Update